Self Commitment: Pondasi Kebahagian Hidup
Assalamu'alaikum.
Beberapa waktu lalu, saya menonton beberapa video self improvement di Youtube. Commit, commitment, commited, self commitment kata-kata tersebut lah yang sering disebutkan oleh para mentor-mentor yang saya temukan dan sebenarnya sudah sering saya dengar namun hanya saya tanggapi sepintas lalu. Mungkinkah karena kurang paham atas self commitment itu membuat kadang kita mengambil langkah perubahan namun tak bertahan dan kembali ke kebiasaan lama? Mungkinkah ini penyebab kita sulit istiqamah dalam melakukan sesuatu?
Selama ini yang saya pahami self commitment adalah janji kepada diri sendiri. Entah karena definisi yang cetek itu atau bukan, namun yang saya rasakan ini tidak terlalu membantu saya untuk teguh, ulet, istiqamah dalam melakukan sesuatu. Selang beberapa waktu, setelah melangkah untuk berubah dari suatu kondisi maka semangat perubahan itu padam bahkan kembali ke kondisi awal. Janji sekadar janji. Mungkin karena wujud janji itu tidak pada orang lain, tak ada yang menuntut ketika janji tersebut dilanggar.
Setelah lebih mendalami tentang self commitment yang sering diperbincangkan dalam video-video self improvement tersebut, saya mennyimpulkan self commitment adalah kunci setiap kesuksesan. Mau sukses karir, kuliah, hubungan interpersonal, finansial, maupun kesehatan semua berlandaskan atau bermula dari self commitment. Self commitment itu sendiri merupakan bentuk yang lebih konkrit dari niat.
Dari pendalaman yang saya lakukan, saya melihat ada satu pola atau alur dari kesuksesan.
Self Commitment --> Self Discipline (Self Love) --> Success
Ketika memiliki self commitment yang jelas dan kuat, ini akan menjadi self motivator pribadi yang akan terus mendorong kita membangun self discipline. Will Smith menyebut self discipline sebenarnya adalah bentuk dari self love (menyayangi diri sendiri).
Ketika kita menyayangi diri sendiri, kita akan menjadi orang yang paling menginginkan hal terbaik untuk diri kita. Sehingga kita dapat berkata pada diri kita sendiri, "Aku tahu pergi hangout malam ini akan sangat menyenangkan. Tapi aku terlalu sayang padamu untuk membiarkanmu pergi hangout malam ini. Besok kamu ada ujian yang penting. Kalau kamu pergi nongkrong, kamu mungkin akan gagal dalam ujian besok. Kamu akan kecewa pada dirimu sendiri dan kamu takkan menyukainya."
Menyadari bahwa dengan munculnya self love ini, bisa membantu kita untuk tetap disiplin mencapai tujuan dan cita-cita yang ingin kita capai. Membantu kita sadar kapan untuk mengatakan 'tidak' pada godaan yang menjatuhkan kita sekaligus memotivator diri kita sendiri untuk terus maju dan berproses.
Ketika kita terus membangun self discipline maka sukses akan mengikuti. Tidak ada satupun orang sukses yang tidak memiliki self discipline. Mereka punya jam bangun tidur yang tetap. Mereka punya jadwal untuk berolahraga, bercengkrama dengan orang terdekatnya, bekerja, dan sebagainya. Mereka membangun sistem hidup mereka dan itu hanya mungkin ketika kita memiliki self discipline yang berkelanjutan karena berlandaskan pada self commitment yang kuat.
Lalu apa sih yang dimaksud self commitment itu sebenarnya?
Heidi Reeder, profesor Komunikasi dari Bose State University dan penulis 'Commit to Win', dalam pidatonya di TedxAmmon menyampaikan bahwa komitmen merupakan :
The experience of being psychologically attached to something and intending to continue. /
Pengalaman merasa terikat secara psikologis dengan sesuatu dan berniat untuk terus melanjutkannya.
Ada empat komponen dari komitmen, yakni Treasures, Troubles, Contributions, dan Choices. Treasures merupakan hal-hal yang kita anggap berharga, bernilai, harus dijaga, baik yang sudah kita miliki maupun yang ingin kita miliki. Troubles merupakan masalah, pengorbanan, hal-hal yang perlu kita lakukan untuk mencapai tujuan kita. Keseimbangan antara keduanya akan mempengaruhi kepuasan (satisfaction) kita dalam melakukan sesuatu.
Contributions merupakan kontribusi atau hal-hal yang kita lakukan untuk sesuatu dan ini berkaitan dengan Investments atau investasi yang kita berikan pada sesuatu baik itu berupa waktu, tenaga, maupun pikiran. Choices merupakan keputusan-keputusan yang kita pilih. Ini berkaitan dengan options yakni banyak-tidaknya pilihan yang kita miliki untuk melakukan sesuatu maupun untuk mencapai sesuatu. Sehingga Reeder merumuskan komitmen dengan persamaan berikut.
Commitment = Treasures - Troubles + Contributions - Choices
Bisa saya simpulkan bahwa self commitment merupakan pengalaman merasa terikat dengan sesuatu secara psikologis dan berniat untuk terus melanjutkannya karena ada hal-hal berharga yang ingin dijaga atau dicapai (treasures) yang mampu dilakukan sesuai kemampuan diri (less troubles but still need some), semakin merasa terikat ketika kita sudah banyak berkorban, habis-habisan berusaha pada hal tersebut (contributions) dan tidak banyak pilihan yang kita miliki (choices).
Orang yang memiliki self commitment untuk menjadi full time Filmmaker di Youtube, misalnya. Ia memiliki treasures seperti minat/hobi yang ingin dikembangkan, ia memiliki kesenangan di bidang filmmaking. Komitmennya dalam mengelola kanal Youtube-nya akan semakin kuat ketika dia juga merasa penting untuk membangun finansial yang stabil pula untuk kehidupannya ketika berkarya di Youtube.
Komitmennya juga akan semakin kuat ketika masalah (troubles) yang dimiliki untuk melakukan hal tersebut semakin rendah, lebih mudah namun tidak terlalu mudah. Misalnya dia sudah memiliki geng pertemanan yang sehobi di sekitarnya, memiliki peralatan dasar untuk membuat film, punya akses untuk sewa/pinjam, punya pengetahuan dasar sinematografi, atau bahkan punya finansial yang mendukung untuk memproduksi film. Semakin hal-hal yang "memberatkan" tersebut menjadi ringan dan mudah diakses maka kehendak untuk berkomitmennya akan semakin tinggi. Namun dengan catatan tidak boleh terlalu mudah sampai tidak ada tantangan sama sekali. Untungnya dalam dunia filmmaking sendiri semudah apapun suatu produksi pasti memiliki tantangan, baik tantangan dari segi cuaca, lokasi, waktu, konten, maupun dari talent. Ketika dengan tantangan dan komitmen ini terjadi, maka akan muncul kepuasan ketika selesai produksi suatu film dan diunggah ke Youtube. Kepuasan bisa muncul dari selesainya proses produksi, peningkatan kualitas hasil produksi, feedback dari pemirsa karya tersebut, maupun pengalaman bersama tim melewati suatu tantangan produksi.
Kontribusi orang tersebut juga akan terlihat ketika ia merasa secara psikologis terikat dengan kegiatannya sebagai Filmmaker di Youtube. Ia akan mulai mencari tahu cara-cara terbaik untuk unggah video ke Youtube, mempelajari cara agar jumlah subscriber-nya meningkat, belajar video-video tutorial tentang sinematografi, menonton review camera gear, dan sebagainya. Ia sepenuh hati, tidak pernah merasa sia-sia, dan bersemangat untuk meningkatkan kemampuan diri dan hasil produksinya, baik investasi dari segi waktu, tenaga, pikiran, bahkan uang.
Begitu pula dengan keputusan pilihan yang diambil oleh Youtuber tersebut. Karena sudah begitu banyak kontribusi yang dilakukan, merasakan manis-pahitnya produksi, keinginannya untuk menjaga atau meraih "hobi jadi karir" semakin kuat, maka keputusan pilihan yang ia ambil semua bertujuan untuk mencapai tujuan tersebut. Ikut Youtube Fanfest, bergabung dengan komunitas Youtuber daerahnya, dan sebagainya. Ketika ia juga tidak punya memiliki pilihan lain (peluang pekerjaan lain) untuk membangun finansialnya, maka komitmennya pun akan semakin teguh di Youtube sebagai full timer. Bisa kita lihat sendiri lah bagaimana dengan Youtuber yang memiliki kerja sampingan selain Youtube dalam menangani kanal Youtube-nya. Pasti berbeda dengan full time Youtuber. Ya, kan? Ketika ia dihadapkan pada pilihan apakah produksi video hari ini atau mengurus masalah di cafe yang baru dirilisnya, maka komitmen antara keduanya dipertaruhkan.
Rumus self commitment di atas bisa diterapkan pula pada berbagai hal, misalnya ibadah, kuliah, pola makan, dan sebagainya. Karena self commitment memang ada di setiap aspek dalam hidup kita. Kenapa ada yang kuliahnya sampai tujuh tahun, coba dicek lagi komponen-komponen self commitment-nya. Kenapa ada yang bangun kanal Youtube belum sampai satu tahun sudah tutup, coba cek lagi komponen-komponen self commitment-nya. Kenapa ada yang merasa sulit sekali untuk mengaji, coba cek lagi komponen-komponen self commitment-nya. Kenapa ada yang gagal terus mau lari pagi atau menurunkan berat badan, coba cek lagi komponen-komponen self commitment-nya. Karena ketika komponen-komponen self commitment ini sudah terpenuhi, maka meskipun sulit, meskipun sedang merasa mager, meskipun hasilnya belum terlihat, meskipun bertemu kegagalan berkali-kali, meskipun merasakan penolakan berkali-kali, ia akan tetap meneruskannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang diceritakan John Assaraf melalui kanal 'Team Fearless' di Youtube ketika ia pertama kali bertemu dengan Alan Brown, seorang pengusaha sukses, yang mengubah hidupnya. Alan Brown bertanya kepadanya, "Apakah kamu interested atau committed untuk mencapai tujuan dan mimpimu?".
Ia menjelaskan, kalau kamu interested atau tertarik untuk mewujudkan tujuan dan impianmu, kamu hanya akan melakukan apa-apa yang convinient saja, yang nyaman dan mudah. Kamu akan mempercayai ceritamu, alasan-alasanmu, kamu akan terus merasa menjadi korban dari kondisi dan kenyataan yang kamu hadapi saat ini. Kamu akan memunculkan berbagai alasan kenapa kamu tidak bisa mencapai tujuanmu dan itulah yang akan menjadi fokusmu pada sisa hidupmu.
Perbedaan terbesarnya ada pada jika kamu committed maka kamu akan mulai hari ini untuk melepaskan ceritamu, alasanmu kenapa kamu sampai menjadi seperti saat ini dan kenapa kamu tidak bisa menggapai impian dan tujuanmu. Kalau kamu committed, kamu akan upgrade pengetahuanmu, kamu akan upgrade keterampilanmu (skills), kamu akan bangun setiap hari untuk mencari cara untuk mencapai tujuanmu dan kenapa kamu akan fokus pada 'harus bisa' ketimbang 'kenapa kamu tidak bisa atau tidak akan bisa'.
Lalu apa yang harus kita lakukan pertama kali untuk memulai self commitment kalau ia bukan sekadar ucapan di mulut dan hati namun berupa experience (pengalaman)? Langkah pertama untuk memulai dan membangun self commitment adalah membangun perencanaan. Assaraf menjelaskan tahapan dalam membuat perencanaan tersebut sebagai berikut.
- Tuliskan SATU TUJUAN UTAMA untuk SETIAP area dalam kehidupanmu. (Finansial, Kesehatan, Hubungan, Diri Pribadi)
- Tuliskan KAPAN kamu AKAN mencapai setiap tujuan tersebut
- Tuliskan TIGA LANGKAH AKSI yang harus kamu lakukan untuk mencapai tujuan tersebut
- Tanyakan pada diri kamu tiga pertanyaan berikut. Apa yang perlu saya PELAJARI; Apa yang perlu saya PERCAYAI (BELIEVES); dan Apa yang harus saya LAKUKAN untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mulai kerjakan langkah-langkah tersebut hari ini. Get to work
Tuliskan rencana-rencanamu tersebut kemudian integrasikan dengan kalendermu untuk membangun timeline apa yang perlu kamu lakukan seharian ini, seminggu ini, sebulan ini, hingga setahun ini. Hal ini akan menjauhkan dari membiarkan hari demi hari berlalu begitu saja, pembuangan waktu yang sia-sia. Sadari bahwa waktu benar-benar sangat berharga.
Saya juga ingin menambahkan teknik membuat perencanaan dari Brian Tracy tentang cara membangun dan membuat perencanaan lima tahun. Tracy menjelaskan setidaknya kita dapat menggunakan 6 pertanyaan yang akan kita jawab di setiap tahunnya untuk membangun timeline yang realistis. Dengan mengetahui deadline dari setiap tujuan yang ingin dicapai setiap tahunnya kita dapat mempertimbangkan apakah tujuan tersebut achieveable atau tidak. Kalau tidak bisa menuliskan atau menjawab pertanyaaan tersebut dengan jelas dan terukur berarti kamu belum yakin akan hal tersebut.
Dalam membuat perencanaan dapat dikelompokkan ke dalam empat area: personal, finansial, karir, dan relationship. Gunakan pertanyaan berikut di setiap area tersebut untuk mengidentifikasi apa tujuan kamu per tahun. Saya menyederhanakan enam pertanyaan Tracy menjadi lima sebagai berikut.
- Apa yang ingin saya ubah tahun ini?
Pertanyaan ini bisa dijawab secara spesifik atau cukup umum. Biasanya berupa perubahan apa yang membuat hidup kamu lebih mudah. Bisa sespesifik 'ingin mempunyai tabungan sebesar 20 juta tahun ini' atau seumum 'saya ingin punya tabungan untuk traveling', bisa juga 'ingin punya waktu lebih banyak bersama keluarga'. Tuliskan apa yang ingin kamu capai per tahunnya. - Bagaimana saya ingin membuat diri saya lebih baik atau perbaikan diri apa yang ingin saya capai tahun ini?
Mungkin kamu ingin membangun olahraga yang rutin, menurunkan berat badan, apapun itu pastikan yang ingin kamu capai realistis. - Langkah apa yang perlu saya ambil untuk kestabilan finansial tahun ini?
Ini bisa bersinergi dengan tujuanmu di area karir, misalnya ingin mengejar promosi jabatan, memulai usaha, atau berupa perencanaan finansial. - Hal-hal menyenangkan apa yang ingin saya lakukan tahun ini?
Apakah kamu ingin melakukan traveling ke Lombok, ingin mencoba tempat makan baru yang unik, ingin menyelasaikan suatu game, dan sebagainya. Hadiahkan dirimu sebaik kerja yang kamu lakukan. Mengetahui ada hal menyenangkan yang akan dicapai dapat membuat hal-hal lainnya menjadi worthed. - Apa tujuan yang ingin saya capai untuk keluarga saya tahun ini?
Kalau masih sendiri dan ingin membangun keluarga, mulai rencanakan dari sekarang. Kalau sudah berkeluarga, rencanakan pendidikan untuk anak, bagaimana perencanaan keuangan keluarga, dan sebagainya. Memiliki komitmen yang dilekatkan pada orang tersayang dapat meningkatkan kekuatan komitmen dan motivasi kita.
Jujurlah pada diri sendiri apa yang ingin dicapai dan realistis dari sisi timeline. Setelah setiap tahun memiliki satu tujuan dari setiap area kamu bisa rinci kembali dan memecah langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan tersebut. Ibarat makan roti tawar, makan sesuai porsi yang pas di mulut. Tidak akan sanggup kita melahap satu bungkus roti tawar dalam sekali gigit. Maka atur langkah-langkah dan tujuan-tujuan kecil per bulan, per minggu, hingga per hari yang secara akumulatif akan mencapai tujuan utama kamu pada tahun tersebut. Setelah perencanaan tersebut terpetakan, take action. Say NO pada hal-hal yang mengalihkan kamu dari tujuanmu.
Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.
___
Ingin menonton video penuh dari mentor-mentor dalam tulisan ini?
Heidi Reeder | How Commitment Shapes Our Lives
Will Smith | Self Discipline
John Assaraf | Are You Interested or Are You Committed?
Brian Tracy | How To Create 5 Years Plan
Bonus : Ustaz Don Daniyal | Think Like a Grown Up
Tulis Komentar