Tak Pernah Pusing Harga Daging Naik
Setiap orang yang mengajaknya makan selalu bertanya mengapa ia menjadi vegetarian. Mahasiswa Manajemen Komunikasi kelahiran Manado, 8 Juli 21 tahun silam asal Tanjungpinang ini selalu menjawab "Karena saya ingin lebih sehat", sembari tersenyum simpul.
"Saya ingin hidup lebih sehat. Tidak hanya tubuh yang sehat, namun juga jiwa dan pikiran saya," ujar Hazmi (19) ketika ditemui di sebuah Minggu pagi yang cerah di salah satu rumah makan di Jatinangor.
Suasana rumah makan tersebut cukup sepi, namun hingar-bingar kendaraan bermotor yang melintas di depannya tidak pernah sepi. Sebuah televisi mini duduk manis di sudut ruangan yang tak begitu luas itu. Meski demikian, dapurnya tak berhenti mengepul. Satu per satu masakan keluar dari dapur dengan asap mengepul, pertanda ia baru matang.
Tak terasa, hampir tiga bulan Hazmi telah menjalani kesehariannya sebagai vegetarian. Per tanggal 8 Juli 2013, di awal usianya yang ke-19, Hazmi memilih dan meneguhkan diri menjadi seorang vegetarian. Alasan kesehatan menjadi concern utamanya.
Menurutnya, seorang vegetarian dapat hidup lebih sehat karena berbagai macam penyakit lebih banyak ditularkan melalui produk hewani. Misalnya, kolestrol, stroke, sakit jantung, bahkan obesitas. Hazmi memang belum merasakan penyakit-penyakit itu muncul di usianya yang ke-19. Namun ia berprinsip, lebih baik mencegah daripada mengobati.
"Saya merasa badan lebih ringan, Tak jarang teman, saudara, dosen, maupun keluarga menyangka saya diet karena penampilan saya yang lebih slim, saya lebih sering dikira diet. Padahal saya masih bisa makan banyak dan tiga kali sehari kok. Hanya pola makannya saja yang berbeda," pungkasnya.
Tina (50) dan suaminya, Ispan (48), orangtua dari Hazmi sebelumnya tidak pernah mengarahkan anak mereka untuk menjadi seorang vegetarian. Kedua orangtua Hazmi awalnya cukup shock karena penampilan dan pola makan anaknya jadi berubah. "Di rumah awalnya cuma dia sendiri yang vege, tapi karena pola makan dia berubah, hidangan di rumah juga ikut berubah, apa boleh buat saya juga belajar menjadi vegetarian," terang sang Ibunda via telepon kepada kami.
Meski aktivitas sebagai mahasiswa sangat padat, Hazmi mengaku tidak pernah lemas dan lunglai dalam menjalani aktivitasnya. "Alhamdulillah, saya sudah terlatih. Karena dulu waktu belajar jadi vege berbarengan dengan bulan puasa. Cuma ya harus diukur bener-bener takaran konsumsinya. Kalau aktivitas kita padat dari pagi sampai siang, perbanyak serat dan proteinnya, paling strategi-strategi makan seperti itu sih yang sering saya gunakan," terangnya.
Hazmi kerap merasa kasihan bila ada teman yang mengajaknya makan bareng. Apalagi bila diajak ke rumah makan yang minim sekali produk sayuran. Salah satu harus mengalah. Terkadang temannya mengikuti rekomendasi rumah makan dari Hazmi, terkadang Hazmi yang menemani temannya. Bila di rumah makan tersebut tidak ada sayuran yang 'eat-able' baginya, maka ia biasanya memesan jus buah tanpa susu atau salad tanpa mayonese.
Ketika memilih menjadi vegetarian, sayur-mayur tidak lagi menjadi jenis makanan pendamping lauk utama, yang biasanya berupa ikan, daging ayam, atau daging sapi. Sayur-mayur justru menjadi lauk utama.
Suatu ketika Hazmi pernah berada di sebuah rumah makan yang sayur-mayurnya melimpah tapi nasi belum tersedia. "Waktu itu saya harus segera balik ke kampus lagi, jadi tanpa pikir panjang saya langsung mengambil tiga jenis lauk ke dalam piring saya dan membayarnya di kasir. (tertawa). Sebenarnya saya memang sudah mengurangi porsi nasi saya dan memperbanyak porsi sayur-mayur, tapi kalau tanpa nasi, ya, tidak apa-apa," tukas Hazmi.
Hal tersulit bagi Hazmi selama menjadi vegetarian ialah menemukan varian makanan vegetarian. Tidak banyak rumah makan di sekitar Jatinangor yang menyediakan lebih banyak varian menu sayur-mayur.
Meski berbeda dalam pola makan, pahit-manisnya belajar menjadi vegetarian tak mematahkan Hazmi untuk hidup sehat dan bermanfaat. "Saya melakukan aksi nyata untuk kesehatan saya dan kesehatan bumi kita. Dengan menjadi vegetarian kita dapat membantu mengurangi pemanasan global yang disebabkan industri dan pengolahan produk hewani. Manfaat sehat dapat, mengurangi panas global juga, dan saya tidak pernah pusing kalau harga daging melonjak setiap hari raya," tukas Hazmi sembari tersenyum simpul penuh makna dan kebanggaan.
Ini adalah tulisan saya untuk tugas Personal Feature mata kuliah Dasar Penulisan pada semester kedua saya di tahun 2013. Tulisan ini menjadi tulisan pertama yang secara komprehensif mengekspresikan diri saya kala itu yang baru menjadi seorang vegetarian.
Personal Feature itu sendiri merupakan salah satu jenis tulisan berita feature yang mengangkat sisi unik seseorang, biasanya tokoh terkenal, seleb, maupun orang-orang berprestasi. Berita feature atau berita khas itu sendiri memiliki karakteristik, salah satunya, adalah mengangkat topik yang long-lasting atau tidak cepat 'basi'. Menurut Anda, apakah tulisan ini masih layak dikonsumsi 2 tahun kemudian? Hehe
Menuliskan kembali tulisan tersebut membuat saya sedikit nostalgia dan geli dengan gaya penulisan sendiri. Menurut saya pribadi ada beberapa bagian yang sedikit berlebihan, ambigu, bahkan kering data. Terlepas dari itu semua, saya ingin mengabadikan tulisan ini daripada kertas tugas aslinya tersisihkan di tong sampah karena 'beres-beres mahasiswa tingkat akhir'.
Bagaimana menurut Anda tulisan ini bisa lebih baik?
Bagaimana menurut Anda tentang tokoh Hazmi yang menjadi vegetarian?
Benarkah vegetarian membuat kita lebih sehat?
Silakan berikan komentar, kritik, dan saran Anda pada kolom komentar di bawah.
Bila Anda ke Tanjungpinang
Boleh kita berlari pagi
Bila ada yang umur panjang
Boleh kita berjumpa lagi..
Stay Awesome! :)
Tulis Komentar